Kamis, 05 November 2009

Sebuah Perenungan Dirri

Perenungan Diri Manusia

............
laut berdoa,
tujuh samudra, seluruhnya, angkat bicara
ya Tuhan Raja Diraja, perkenankan kami meluapkan air kami
untuk menenggelamkan seluruh permukaan bumi
kami akan bungkus planet yang makin berbau busuk ini dengan banjir total
kami akan lumatkan kota-kota dan seluruh tempat tinggal manusia
kami akan bikin mereka megap-megap, memekik-mekik,
kehabisan tenaga untuk berenang dan gagal untuk coba-coba menyelamatkan diri
ya Tuhan Raja Diraja, kami akan bikin kehidupan mereka luluh lantak!

para malaikat kaget bukan buatan mendengarnya,
kenapa? kenapa? mereka bertanya
dan laut menjawab,
bukankah memang itu yang manusia kehendaki
kalian para malaiakat telah mengetahui bahkan sejak sebelum manusia pertama diciptakan
tapi kalian terlalu sabar, dan mungkin agak bodoh
dari Tuhan kalian memperoleh jatah kesabaran yang berlebihan
itu tidak wajar

para malaikat mengepakkan sayapnya tinggi-tinggi : wahai samudra
yang dipilih Allah untuk mengajarkan ilmu semangat, kalian ini omong apa?
manusia memande keris untuk mereka tikamkan ke jantung mereka
sendiri perlahan-lahan, untuk apa?
apakah kematian sedemikian memerlukan estetika?
memerlukan beribu seminar untuk merundingkan bagaimana cara yang menarik untuk mati, memerlukan sekian banyak biaya, ilmu dan teknologi serta berbagai kerepotan sosial?
ya Tuhan raja Diraja, begitu tolol cara manusia mementaskan ketololan
perkenankan kami menenggelamkan kehidupan mereka sekarang juga

malaikat menggeleng-gelengkan kepala, tapi belum sempat mereka meneruskan
pertanyaan, terdengar gunung-gunung pun berdoa.....

.....
para malaikat menggeleng-gelengkan kepala, tapi belum sempat mereka meneruskan pertanyaan, terdengar gunung-gunung pun berdoa
Ya Tuhan Maha Adi KUasa, izinkan kami meledak, izinkan kami meletus,
menumpahkan batu-batu panas ke segala penjuru,
bagai seribu naga berlidah api yang mengangakan mulutnya,
menyerbu pasar-pasar, bangunan-bangunan pemerintahan,
serta menumbangkan rumah-rumah ibadah yang dipalsukan
Ya Tuhan Maha Adi Kuasa, izinkan telinga kami memperoleh kelegaan,
dengan mendengar jutaan manusia menjerit-jerit dengan wajah pucat pasi,
berlari ke sana ke mari, dan bertabrakan satu sama lain,
izinkan mata kami menyaksikan naga-naga membelit dan meremukan tulang belulang mereka,
dan apabila ada di antara manusia yang coba lari menghindar,
ekor naga-naga kami akan mencambuk,
seribu orang terlempar oleh satu kali cambukan.

kalian ini dihinggapi penyakit jiwa macam apa?
para malaikat hampir membentakkan suaranya
aku tak sabar lagi! jawab gunung-gunung
sedangkan seluruh hamparan alam ini bersujud kepada Tuhan,
tapi manusia saling menyakiti satu sama lain
sedangkan planet dan bintang-bintang bertasbih,
tapi manusia sibuk merampok dan menindas,
sedang air bergemericik melantunkan melodi-melodi pemujaan,
tapi manusia merampas waktu untuk monopoli dan menghimpun batu-batu berhala,
sedangkan katak dan jangkerik paham ekosistem,
tapi manusia merusak tradisi hukum penciptaan,
sedangkan angin mengelus pepohonan, meniupkan seruling cinta dan sembahyang,
tapi manusia menghabiskan biaya untuk makin gagal memahami diri mereka sendiri,
untuk terus salah sangka terhadap kehidupan,

dan tiba-tiba terdengar suara pepohonan,
tingkah manusia membuat sembahyangku tidak khusyuk
aku ingin tumbang menimpa rumah-rumah mereka,

terdengar pula burung-burung mengumandangkan suara,
kamilah burung-burung, yang terbuat dari kata-kata yang diucapkan manusia
satu kata yang dilontarkan menjelma seekor burung,
berjuta-juta kata yang setiap hari memuncrat dari mulut manusia,
menjelma jadi berjuta-juta burung yang memenuhi angkasa,
kamilah burung-burung, kamilah berjuta-juta burung yang kelaparan,
yang dibiarkan kelaparan, karena tak dihidupi oleh kejujuran perbuatan manusia,
kamilah berjuta-juta burung yang tak terbentuk,
yang kepala kami dijadikan kaki, kaki kami dijadikan paruh,
paruh kami tanggal dan berjatuhan ke ladang-ladang kering,
kamilah berjuta-juta burung yang disamarkan,
dibolak-balik, dikhianati dan kehilangan makna,

Ya Tuhan sang Pemenuh Janji,
perbolehkan kami sekarang menagih hutang kepada manusia,
kami akan memenuhi angkasa, kami akan melingkari bumi dengan tubuh dan sayap-sayap kami,
kami akan taburi langit dengan menjadikan diri kami awan gelap
yang mengirimkan cahaya kembali kepada matahari,
kami akan bikin manusia tak tersentuh lagi oleh cahaya
sehingga sempurnalah kegelapan yang mereka rancang dan rekayasa sendiri,
kemudian kami akan kirim sebagian kami untuk turun ke bumi,
menerpa setiap manusia, mematuk kening mereka,
mencabik-cabik daging mereka, kemudian kami paksa mereka
mencucup darah mereka sendiri yang mengucur,

dan kemudian.........

.......
kemudian beribu-ribu suara terdengar bersahutan
seribu doa meluncur, melesat ke tepian jagat
matahari berdoa tentang kebutaan hati
rembulan berdoa tentang keperawanan
siang berdoa tentang kerakusan
malam berdoa tentang kemaksiatan
udara berdoa tentang pencemaran
sungai berdoa tentang kotoran
ruang berdoa tentang monopoli
waktu berdoa tentang penjara
logam berdoa tentang peluru
api berdoa tentang mesiu
doa-doa tak terkatakan
doa-doa tak terumuskan
doa-doa bertabur, berdesing, bergulung-gulung
doa-doa menampar langit
doa-doa hampir menjatuhkan bintang-bintang
Dan jibril, jibril, terbang dari `Arsy
menangkap semua itu
menggenggamnya menjadi sunyi

kemudian Tuhan berkata
meskipun tak setitik benda atau kehampaanpun mengetahui dari mana dilontarkan

kemudian Tuhan berkata
meskipun tak seserpih suara atau kesunyianpun mengerti apakah itu suara
atau bukan suara

diamlah kalian
karena AKU paham
kalian tidak

laut, gunung-gunung
debu dan angin berdesir
bintang beredar dan mengalirnya air
KU sabda untuk menjalin cinta
namun tidak untuk memahaminya

manusia adalah masterpiece ciptaanKU
kalian tak kuberi kemungkinan untuk menakar betapa artinya itu bagiKU
manusia adalah haru biru kekasihKU
yang KUunggulkan dan KU sayang sebagai kandungan emas dalam butiran-butiran debu
dengarkanlah, tentang hal itupun kalian semua tak KU beri ilmu

kalian seribu samudra seribu laut akan menguap
mengering oleh panas api cintaKU kepada makhlukKu yang bernama manusia
kalian bijih besi baja segala logam akan meleleh jika KU perdengarkan
senandung cintaKU kepada mereka
sungai mengalirlah
danau heninglah
udara bertiuplah
pepohonan bersujudlah
gunung-gunung bersedekaplah
bintang beredarlah dan langit tunduklah
agar cintaKU kepada kekasih unggulKU tak menjelma menjadi amarah
yang tak akan sanggup kalian tampung dan mengerti

kalian alam benda, alam nabati dan hayawani tak KU beri hak untuk marah
kalian semua yang menghuni wilayah kerendahan hati langit-langitKU
tak KU warisi kewenangan untuk mengubah dan membekukan
untuk mempercepat atau memperlambat
untuk menghancurkan atau membangun
kemerdekaan semacam itu hanya KUpinjamkan sebagian kepada manusia kekasih unggulKU

kalian alam langit bawah tak memerlukan kesabaran
untuk bersabar menampung polah tingkah kekasihKU
karena kalian adalah persemayaman kesabaran itu sendiri
yang menunggu manusia menyusunya dari puting kalian
kalian adalah jagat sujud itu sendiri di mana manusia bercermin untuk belajar tahu diri
kalian adalah salah satu negeri ilmuku di mana manusia meniti dan menyerap tanda-tandaKU
untuk menyuapi kelaparan pengetahuan mereka

kalian menyaksikan manusia kehilangan budi di puncak akal budinya,
tenanglah
kalian menyaksikan manusia disakiti oleh kegagahan ilmu dan kesehatnnya,
tenanglah
kalian menyaksikan manusia terbodoh-bodoh di ufuk jauh pengetahuannya,
tenanglah
kalian menyaksikan manusia menata batu bata kehancuran di hari-hari gegap gempita pembangunannya,
tenanglah
diamlah

kalian tak akan tahu betapa AKU menyayangi mereka
dan apabila kalianlah yang dulu menciptakan manusia,
niscaya akan sedemikian besar pula cinta kalian kepada mereka
bahkan cinta kalian akan sedemikian buta,
sehingga gerak tangan kalian akan mempercepat kehancuran hidup mereka

selesai...............................................................

=Allah telah sedemikian rupa menundukan alam semesta untuk manusia dan demikian santun kepada manusia..penuh cinta..kemurahan..rahmat....hingga terkadang tak ada kata yang sanggup mewakili berapa banyak pemberianNYA yang telah kita terima dari sejak kita lahir hingga detik ini.
Kita juga tahu tak ada apapun pemberian kita padaNYA yang akan sanggup membalas pemberianNYA yang sekecil apapun...tak ada...tak ada sama sekali.
Yang bisa kita lakukan hanya terus belajar dan belajar mencintaiNYA..dengan sepenuh jiwa..segenap raga..sampai akhir hayat kita.........

duuuuuhhh.....bahkan terkadang aku juga bingung bagaimana memulai belajar mencintaiNYA......
ketika dunia dan hari-hari sedemikian melalaikan.....
ketika nafsu masih saja berdiri kokoh dalam dada
ketika kemalasan dan keluh kesah melupakan tekad belajar itu
padahal entah berapa waktu lagi yang masih dimiliki
sahabat, bantu saya
genggam tangan saya selama perjalanan
jangan dilepaskan